Seperti diketahui, Mahameru adalah puncak dari Gunung Semeru, gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa yang bearada di antara Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur. Dengan ketinggian 3.676 m dpl (di atas permukaan laut), Puncak Mahameru mendapat julukan Langit Pulau Jawa. Gunung berapi tersebut hingga saat ini masih aktif dan menjadi lokasi pendakian favorit bagi para pecinta alam. Tapi bagaimana jadinya jika ada sebuah rumah produksi yang membuat film di lokasi tersebut? tentunya kata luar biasa wajib terlontar dari mulut kita melihat sulitnya medan yang akan mereka tempuh. Soraya Intercine Films lewat film 5 Cm akhirnya mencatatkan diri sebagai layar lebar pertama yang melakukan syuting di Mahameru.
Film 5 Cm mengisahkan tentang lima orang sahabat yang sudah menjalin pertemenan selama belasan tahun bernama Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Zafran (Herjunot Ali), Riani (Raline Shah) dan Ian (Igor Saykoji). Pada suatu hari mereka berlima merasa 'jenuh' dengan jalinan persahabatan mereka dan akhirnya memutuskan berpisah untuk sementara waktu. Kelimanya tidak saling berkomunikasi satu sama lain selama tiga bulan lamanya.
Selama tiga bulan itu, mereka saling berbenah diri dan fokus untuk menggapai visi serta misi masing-masing meskipun kerinduan selalu menghiasi kehidupan Genta, Arial, Zafran, Riani serta Ian. Setelah tiga bulan berlalu, mereka berlimapun bertemu kembali dan merayakan pertemuan dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan.
Tidak tanggung-tanggung, Genta mengajak teman-temannya ke puncak tertinggi Jawa yaitu Mahameru, puncak dari gunung Semeru. Bagi Genta, perjalanan tersebut akan sangat berkesan dan tidak bisa terlupakan seumur hidup oleh teman-teman dekatnya. Tentunya pendakian tersebut tidaklah mudah lantaran minimnya pengalaman mereka dan beratnya medan yang harus dihadapi.
5 Cm adalah film hasil adaptasi novel laris karya Donny Dhirgantoro, yang sampai bulan Desember 2012 telah memasuki cetakan ke 25. Kisah 5 Cm terinspirasi dari kisah nyata dimana setiap tanggal 17 Agustus di sebagian besar puncak gunung di Indonesia sering diadakan upacara bendera untuk memperingati hari kemerdekaan. Sesuai dengan novelnya, proses syuting film ini juga dilakukan di lokasi yang sama yaitu Mahameru.
Cerita di film ini sangatlah lengkap, mulai dari drama romantis hingga komedi tersedia di 5 Cm. Layaknya sebuah menu masakan, penonton dijamin tidak akan pernah sedetik pun merasa bosan dengan mencicipi setiap adegan dan visual yang ditampilkan di layar bioskop. Karakter Zafran dan Ian sangatlah menghibur, dimana mereka selalu memberikan lelucon-lelucon segar yang dapat memancing tawa penonton.
Rizal Mantovani selaku sutradara film 5 Cm patut diberikan apresiasi lantaran berhasil mengarahkan para pemainnya dengan maksimal sekaligus merekam semua keindahan yang ada di gunung Semeru. Selain terhibur dengan ceritanya, penonton juga akan dibuat kagum dengan pesona keindahan gunung Semeru. Film 5 Cm diyakini mampu membuat para penontonnya semakin mencintai Indonesia.
Secara keseluruhan, film 5 Cm sangatlah layak untuk ditonton karena memiliki banyak pesan positif yang terkandung didalamnya yaitu mengenai keteguhan hati untuk menggapai impian. Perlu diketahui, para pemain di film ini yaitu Fedi Nuril, Denny Sumargo, Herjunot Ali, Raline Shah dan Igor Saykoji, benar-benar mendaki hingga puncak Semeru demi film ini dan tetap mampu memperlihatkan kualitas akting terbaik mereka.
Soundtrack di film 5 Cm juga dinilai sangat apik menghiasi tiap adegannya. Musik yang terkandung dalam film 5 Cm diisi oleh salah satu grup band papan atas Indonesia yaitu Nidji, dimana mereka menyumbangkan 4 lagu ke layar lebar tersebut berjudul 'Di Atas Awan', 'Rahasia hati', 'Tak Akan Pernah Mati'.
Pesan Persaahabatan :) :

Mungkin semua pengalaman tersebut dapat terwakili dalam kisah lima sahabat dalam film “5 cm”. Film ini bercerita tentang persahabatan 5 mahasiswa yang tetap awet sampai 10 tahun. Mereka antara lain Genta (Fedi Nuril), seorang jenius yang selalu membuat terobosan dlm mimpim-mimpinya, Ariel (Denny Sumargo), sahabat paling kekar yang tidak pernah ketinggalan “kecap”nya disetiap menu makanan, Riani (Raline syah), satu-satunya cewek dalam persahabatan ini, cantik, cerdas dan mimiliki kebiasaan “membajak” kuah mie temannya, Ian (Igor Saykoji), si gendut yang hobi banget maen game, makan mie, inilah yang membuat ia ketinggalan menyelesaikan kuliahnya, dan Zafran (Herjunot Ali)yang mengaku paling keren, seorang seniman yang gila dengan puisi dan syairnya. Yang menarik, usaha kerasnya mendekati cewek, Adinda (Pevita pearce) sebagai adek Ariel.
Genta sebagai leader memiliki ide untuk berpisah sementara selama 3 bulan, dan untuk merayakan reoninan pertemuan mereka kembali, petualangan dimulai. Mahameru sebagai puncak tertinggi gunung Semeru, puncak tertinggi pulau Jawa, menjadi tempat yang akan tak terlupakan sebagai petualangan mereka. Disinilah sebenarnya inti cerita film ini, yaitu persahabatan, cinta, mimpi dan Nasionalisme.
Semuanya terwakili dalam statment motivasi sebelum mereka memulai pendakian,
“kita perlu kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya (Genta), mata yang akan menatap lebih lama daripada biasanya (Ian), leher yang akan lebih sering melihat ke atas (Ariel), lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja (Riani), hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya (Zafran), serta mulut ayang akan selalu berdoa (Adinda).”
Ungkapan tersebut, dalam tackline lain diperkuat dengan,
“Setelah doa, maka disiplin yang akan membuat kita selamat”.
Wujud sikap persahabatan meraka semakin terasa dalam setiap detik pendakian menuju Mahameru. Beratnya medan dan minimnya pengalaman mereka, sangat membutuhkan sikap yang sebenarnya dari sebuah persahabatan. Mereka dituntut untuk tidak gengsi jika tak kuat melangkah lagi, dan sahabat yang lainnya akan mendekat, menolong, memeluk, seperti ketika Ariel merasa kedinginan yang hebat bagai tertusuk jarum. Seperti ketika Zafran kakinya terluka, semua terluka, Ian yang hampir mati terkena benturan runtuhan batu, semua terluka dan hampir putus asa.
Genta menyerahkan estafet leader kepada Zafran, untuk mencapai Mahameru. Dan Zafran mulai berorasi motivasi semangat dan puitis, “taruh puncak itu, dan kita semua di sini”, biarkan mimpi itu menggantung, sambil meletak jari telunjuk di depan kening dengan jarak 5 cm. Mimpi mencapai Mahameru semakin dekat, dan luar biasa bahagianya mencapai puncak gunung Semeru, Mahameru. Mencapai puncak sebagai simbol impian-impian mereka. Puncak dimana mereka sadar akan kekayaan negeri, Indonesia, dan memacu untuk menjaga dengan segenap kemampuan yang dimiliki. Puncak dimana mereka terkesima melihat “lukisan alam”, mereka merasa kecil dan bersyukur oleh ciptaan sang Pencipta yang Agung.
Tepat tanggal 17 Agustus, seperti di sebagian besar puncak gunung di Indonesia sering diadakan upacara bendera untuk memperingati hari kemerdekaan, mereka berikrar dan bersumpah sebagai anak negeri dan bangsa Indonesia. Sebagaimana ikrar semangat nasionalisme ala Ian;
“Saya Ian, saya bangga bisa berada di sini bersama kalian semua... Saya akan mencintai tanah ini seumur hidup saya,... saya akan menjaganya dengan apapun yang saya punya, saya akan menjaga kehormatannya seperti saya menjaga diri saya sendiri... Seperti saya akan selalu menjaga mimpi-mimpi saya terus hidup bersama tanah air tercinta ini...... ...yang berani nyela' Indonesia... ribut sama gue..!”
Mereka sadar bahwa mereka lahir dan besar makan dari tanah Indonesia, minum dari air Indonesia, hidup dari kekayaan alam Indonesia. Hingga akhirnya, Ian sadar dan membatalkan rencananya ingin meneruskan studi di Manchester, England dan memutuskan melanjutkan hidup bersama Indoensia.
Dan sebenarnya, “perjalanan menuju Mahameru adalah perjalanan hati”, keyakinan yang kuat dan memandu menapaki hidup yang indah ini.
Refleksi
Ditengah derasnya produksi film horor-esekesek di industri perfileman Indonesia, seperti film-film yang bertema nasionalisme, sejarah dan kearifan lokal,“5 cm” juga ikut andil dalam membasmi sisa-sisa kejayaan film-film horor indonesia dan kemegahan film-film Barat. Syuting yang dilakukan di ketinggian 3.676 m dpl (di atas permukaan laut), di puncak yang mendapat julukan Langit Pulau Jawa, adalah pertama kali dalam film Indoensia. Dan yang jelas, film adalah salah satu film bertama nasionalisme lain yang akan menambah rasa cinta pada negeri ini.
Unsur drama cinta segi empat oleh Genta, Riani, Zafran, Adinda dan unsur comedy membuat cerita film ini romantis dan menghibur, meledakkan tawa penonton. Cinta yang bersemi antar sahabat itu, berhasil membuat penasaran dan memunculkan ending yang tak terduga. Hal yang membuat lucu adalah gabungan unsur romantic-comedic, seperti strategi-strategi Juplek atau Zafran dalam mendapatkan cinta adinda, tapi malah ditanggapi kaku dan lugu. Hingga munculnya Happy Salma, yang semula ada pada poster dan khayalan-khayalan Ian, menjadi kenyataan di akhir cerita, ini sangat membuat geli (memang akhir-akhir ini Happy Salam sering menjadi bintang tamu dalam film-film bagus Indonesia).
Dan saya memahami, itu merupakan jawaban tentang benar tidaknya mitos. Dimana di lereng yang disebut “tanjakan cinta”, orang yang ketika mendaki terus memikirkan orang yang dicintai, maka akan menjadi jodoh. Itu mitosnya, bisa benar bisa salah. Jawaban itu dikemas ketika Juplek memang tidak berjodoh dengan adinda, dan malah si gendut Ian yang terwujud mimpinya menikahi Happy Salma, punya anak lagi,, aduh,, sekali lagi geli.
Tapi itulah comedy-nya, dari awal cerita unsur ini memang bigitu lekat. Dari kebiasan masing-masing sahabat, perjuangan Ian menyelesaikan skripsi, hingga adekan paling tegang pun akhirnya menjadi comedyc. Uh,,, sang sutradara memang begitu cerdas membawa emasi para penontonnya.
Saya sendiri merefleksikan diri sebagai salah satu 5 sahabat tersebut, seperti dalam kehidupan nyata. Dimana saya merasa selalu jadi Ian yang banyak membutuhkan uluran tangan sahabat lainnya. Banyak membutuhkan semangat, karena ketidak percayaan diri. Memang benar, sahabat itu bagai satu jiwa, satu badan. Jika satu sakit, sakit semua, satu jatuh, jatuh semua.
Tentang kepercayaan diri, ini yang sebenarnya menjadi ruh dalam mencapai mimpi. Dengan menyatukan semua indra ditambah doa dan kedisiplinan, selanjut terserah Tuhan. Maka mimpi itu semakin dekat.
Donny memang luar bisa sebagai pencipta cerita, begitu juga Rizal yang sukses mengarahkan para pemain. Tapi yang menjadi catatan di sini, film yang mirip dengan road-movie ini, jika kita membaca novelnya terlebih dahulu, maka akan merasa terputus-putus ceritanya. Dan akan kecewa dengan kurang lamanya perjuangan pendakian. Terkesan ingin cepat sampai. Maka saya sarannya tonton filmnya dulu, jika memang hobi nonton dan suka membaca novel.
Secara keseluruhan, patut diacungi dua jempol karya Rizal Mantovani ini..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar